Senin, 19 Oktober 2009

Antara Indonesia dan Palestina

Indonesia pernah mengalami hal yang sama seperti yang dirasakan oleh rakyat Gaza di Palestina. Peperangan dan diplomasi menjadi warna dalam bagian sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan Palestina.
Pada tanggal 10 November 1945 telah terjadi pertempuran dahsyat di seluruh pelosok kota Surabaya. Pada masa itu kota Surabaya di bombardir dari segala kekuatan angkatan perang Inggris dengan dikerahkannya 30 pesawat terbang, 30.000 tentara Inggris dan sejumlah besar kapal perang.
Kondisi ini membuat pertempuran ini menjadi tidak seimbang dimana Indonesia yang baru merdeka diserang oleh kekuatan Inggris yang memiliki peralatan perang modern pada saat itu. Selama 18 hari perperangan Surabaya berkecamuk dengan korban berjatuhan dimana–mana. Kisah heroic ini terekam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Bagaimana dengan dukungan pihak luar terhadap kemerdekaan Indonesia?. Sejarah merekam bahwa negara yang pertama kali mendukung kemerdekaan Indonesia adalah negara Mesir dan Palestina. Berawal dari usaha tentara sekutu untuk menutup serapat–rapatnya informasi tentang kemerdekaan Indonesia supaya tidak didengar oleh negara–negara Timur Tengah.
Tapi usaha itu sia–sia, seorang yang bernama Mansur Abu Makarim yang bekerja di Kedutaan Belanda di Kairo mengabarkan berita tentang kemerdekaan Indonesia kepada rakyat Mesir dan berita tersebut dimuat di koran dan radio Mesir. Dengan mendengar berita tersebut marak terjadi demo besar–besaran untuk mendukung kemerdekaan Indonesia di sejumlah kota Mesir.
Bahkan para ulama Mesir dan dunia Arab berkumpul dan bersepakat untuk membentuk Lajnatud Difa’ian Indonesia (Panitia Pembela Indonesia). Badan ini dideklarasikan pada tanggal 16 Oktober 1945 di gedung Pusat Perhimpunan Pemuda Islam. Para pemimpin Arab yang hadir dalam acara tersebut adalah Syaikh Hasan Al Banna dan Prof Taufiq Syawi dari Ikhwanul Muslimin, Pemimpin Palestina Muhammad Ali Taher, dan Sekjen Liga Arab Dr Salahuddin Pasya.
Dukungan dunia Arab (Islam) terus mengalir kepada kemerdekaan negara Indonesia dan hal tersebut makin menambah kepercayaan diri kita dalam pergaulan internasional atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan.
Pada era sekarang, suasana sudah berubah dimana Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan melalui pembangunan yang dilakukan. Sebuah tragedi kemanusiaan kembali berulang yang ditunjukkan kembali oleh penjajah Israel. Pada 27 Desember 2008 penjajah Zionis Israel telah mengarahkan pesawat tempur F 16 serta helicopter Apache melakukan serangan secara besar–besaran ke seluruh jalur Gaza.
Serangan ini serentak dilakukan ke lebih 30 sasaran yang disinyalir oleh pihak rezim Zionis Israel sebagai markas Hamas. Lebih dari 300 bocah, wanita dan orang tua meninggal jadi korban. Ribuan lainnya luka berat dan ringan.
Dunia Internasional seolah tersentak dan mengeluarkan berbagai statemen mulai yang pro maupun kontra. Para pemimipin negara–negara Arab tidak bisa berbuat banyak karena sudah terlalu banyak menikmati berbagai fasilitas yang diberikan negara barat (Amerika).
Sejarah kembali berulang dengan lakon yang berbeda. Posisi Indonesia sudah bukan negara yang dijajah seperti dahulu. Peranan Indonesia sebagai negara muslim terbesar sangat diharapkan oleh negara Palestina. Demonstrasi besar–besaran menunjukkan rasa solidaritas terhadap rakyat Palestina telah dilakukan di seluruh pelosok kota Indonesia.
Inisiatif diplomasi yang dipimpin oleh Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, bersama delegasi ulama dunia berusaha mendesak para pemimipin Arab untuk mau berperan lebih kongkrit dalam menyelesaikan permasalahan Palestina. Pengiriman tenaga medis pun dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Peranan ini dirasa masih belum maksimal mengingat posisi Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Seharusnya Indonesia bisa mengambil inisiatif peran yang lebih banyak dan mendesak kepada anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk bisa menurunkan pasukan penjaga perdamaian ke daerahGaza dan memaksa Israel untuk menghentikan serangannya.
Perdebatan bahwa masalah Palestina bukan persoalan agama atau bukan harus segera dihentikan. Jangan kita menjadi ahistoris terhadap apa–apa yang pernah kita alami dahulu ketika awal kemerdekaan. Sesungguhnya ada sebuah cita–cita rakyat Palestina yang harus kita dukung yaitu sebuah kemerdekaan.
Keinginan untuk merdeka sudah menjadi sebuah keinginan luhur bangsa Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan” .

Reza Firsandaya Malik
eramuslim.com

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda