Rabu, 21 Oktober 2009

kanashimi wo yasashisa ni

kanashimi wo yasashisa ni
(sadness into kindeness)


turning sadness into kindeness
your uniqueness into strenght
it's okay to get lost so begin walking
once again, once againdo you like to be praised by
answering everyone's expectations?
will your smile always be beautiful
even if you hide your true self?just dreaming the beginning then waking up
the continuation can be reached someday by myselfthe most important thing is always
without any shape
even if you have it or lose it
you'll never knowturning sadness into kindeness
your uniqueness into strenght
it's okay to get lost so begin walking
once again, once againunfair adults are always
giving lectures everytime we meet
being unable to show their true selves
they get grouchy as they get hurtgetting the new wind on your side
it's now okay to search for the blue birdthe most important thing is always
without any shape
even if you have it or lose it
you'll never knowturning sadness into kindeness
your uniqueness into strenght
it's okay to get lost so begin walkingit's natural like the rainbow
that somehow appears after tears
the rain stoppedso the most important thing is always
without any shape
even if you have it or lose it
you'll never knowturning sadness into kindness
your uniqueness into strenght
believeing that you should be able to do it
once again, once again
once again, are you ready?

Evaluasi

“Seorang mu’min tidak akan terjatuh dalam lubang yang sama dua kali”, tapi anehnya, selama pengalaman kami di lembaga da’wah, kita selalu terjatuh pada lubang yang sama, bahkan bukan cuma dua kali. Maka tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan besar, kenapa ?

Jawabnya sederhana, karena setelah kita jatuh, kita segera lupa kalau kita baru saja jatuh, kemudian kembali berjalan tanpa mencari tahu kenapa bisa jatuh. Akhirnya ketika kita melewati jalan yang sama, lagi-lagi kita jatuh, dan jatuh dan jatuh lagi dan lagi dan lagi (jadi ingat Patricknya SpongeBob). Hal ini menggelikan, tapi karena kita –afwan- terlalu bodoh, ya… tidak terasa.

Ikhwah fillah, para shahabat Rasulullah bukannya manusia-manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan, bukan tidak pernah jatuh, tapi mereka menjadi istimewa karena setiap kali melakukan kesalahan, mereka adalah orang yang paling cepat kembali kepada kebaikan. Keadaan yang seperti itu memerlukan sebuah kesadaran untuk menyadari kesalahan, yaitu muhasabah yang dalam bahasa manajemen disebut evaluasi.

Evaluasi menjadi vital karena kerja-kerja lembaga da’wah adalah kerja yang terus menerus dan saling sambung menyambung. Dalam menjalaninya, perbaikan demi perbaikan harus terus-menerus dilakukan untuk mencapai kesempurnaan, atau paling tidak ke-optimalan. Untuk memperbaiki, tentu saja kita harus tahu apa yang rusak, apa yang salah, dan evaluasi mengambil bagian dalam proses ini.

Evaluasi juga memungkinkan mencari tahu faktor-faktor pendukung keberhasilan atau kekuatan dari kebijakan sebelumnya, karena tidak ada kegagalan yang sempurna gagal. Selalu ada bagian walaupun kecil yang mendukung kesuksesan hanya saja dia terdominasi oleh bagian lain yang mendukung kegagalan. Ini penting agar kita tidak salah memperbaiki bagian yang sudah baik, karena biasanya mengotak-atik bagian yang baik justru membuatnya jadi rusak.

Nah, bagaimana melakukan evaluasi dimulai bahkan sejak perumusan kebijakan dengan mengajukan pertanyaan yang sama “bagaimana melakukan evaluasi ?”, bagaimana kita akan mengevaluasi kebijakan ini.

Satu kaidah yang penting adalah akuntable (terukur), pastikan bahwa kebijakan yang kita hasilkan bisa terukur tingkat keberhasilannya. Bagaimana mengukur tingkat keberhasilan ? tentu saja dengan menetapkan parameter-parameter keberhasilan. Aneh juga, beberapa kali kita mungkin tidak bisa menyimpulkan apakah kebijakan kita berhasil atau gagal. Misal apakah kajian pekanan kita dikatakan berhasil atau gagal, karena kita tidak tahu yang dinamakan berhasil itu seperti apa dan yang dinamakan gagal itu seperti apa.


diambil dari blog milik pak yulian.
baca artikel lain selengkapnya di: yuliananindito.wordpress.com

Senin, 19 Oktober 2009

Wind...

Cultivate your hunger before you idealize.
Motivate your anger to make them all realize.
Climbing the mountain, never coming down.
Break into the contents, never falling down.

My knee is still shaking, like I was twelve,
Sneaking out of the classroom, by the back door.
A man railed at me twice though, but I didn't care.
Waiting is wasting for people like me.

Don't try to live so wise.
Don't cry 'cause you're so right.
Don't dry with fakes or fears,
'Cause you will hate yourself in the end.

(Repeats)

You say, "Dreams are dreams.
"I ain't gonna play the fool anymore."
You say, "'Cause I still got my soul."

Take your time, baby, your blood needs slowing down.
Breach your soul to reach yourself before you gloom.
Reflection of fear makes shadows of nothing, shadows of nothing.

You still are blind, if you see a winding road,
'Cause there's always a straight way to the point you see.

Don't try to live so wise.
Don't cry 'cause you're so right.
Don't dry with fakes or fears,
'Cause you will hate yourself in the end.

Antara Indonesia dan Palestina

Indonesia pernah mengalami hal yang sama seperti yang dirasakan oleh rakyat Gaza di Palestina. Peperangan dan diplomasi menjadi warna dalam bagian sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan Palestina.
Pada tanggal 10 November 1945 telah terjadi pertempuran dahsyat di seluruh pelosok kota Surabaya. Pada masa itu kota Surabaya di bombardir dari segala kekuatan angkatan perang Inggris dengan dikerahkannya 30 pesawat terbang, 30.000 tentara Inggris dan sejumlah besar kapal perang.
Kondisi ini membuat pertempuran ini menjadi tidak seimbang dimana Indonesia yang baru merdeka diserang oleh kekuatan Inggris yang memiliki peralatan perang modern pada saat itu. Selama 18 hari perperangan Surabaya berkecamuk dengan korban berjatuhan dimana–mana. Kisah heroic ini terekam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Bagaimana dengan dukungan pihak luar terhadap kemerdekaan Indonesia?. Sejarah merekam bahwa negara yang pertama kali mendukung kemerdekaan Indonesia adalah negara Mesir dan Palestina. Berawal dari usaha tentara sekutu untuk menutup serapat–rapatnya informasi tentang kemerdekaan Indonesia supaya tidak didengar oleh negara–negara Timur Tengah.
Tapi usaha itu sia–sia, seorang yang bernama Mansur Abu Makarim yang bekerja di Kedutaan Belanda di Kairo mengabarkan berita tentang kemerdekaan Indonesia kepada rakyat Mesir dan berita tersebut dimuat di koran dan radio Mesir. Dengan mendengar berita tersebut marak terjadi demo besar–besaran untuk mendukung kemerdekaan Indonesia di sejumlah kota Mesir.
Bahkan para ulama Mesir dan dunia Arab berkumpul dan bersepakat untuk membentuk Lajnatud Difa’ian Indonesia (Panitia Pembela Indonesia). Badan ini dideklarasikan pada tanggal 16 Oktober 1945 di gedung Pusat Perhimpunan Pemuda Islam. Para pemimpin Arab yang hadir dalam acara tersebut adalah Syaikh Hasan Al Banna dan Prof Taufiq Syawi dari Ikhwanul Muslimin, Pemimpin Palestina Muhammad Ali Taher, dan Sekjen Liga Arab Dr Salahuddin Pasya.
Dukungan dunia Arab (Islam) terus mengalir kepada kemerdekaan negara Indonesia dan hal tersebut makin menambah kepercayaan diri kita dalam pergaulan internasional atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan.
Pada era sekarang, suasana sudah berubah dimana Indonesia telah mengalami perubahan yang signifikan melalui pembangunan yang dilakukan. Sebuah tragedi kemanusiaan kembali berulang yang ditunjukkan kembali oleh penjajah Israel. Pada 27 Desember 2008 penjajah Zionis Israel telah mengarahkan pesawat tempur F 16 serta helicopter Apache melakukan serangan secara besar–besaran ke seluruh jalur Gaza.
Serangan ini serentak dilakukan ke lebih 30 sasaran yang disinyalir oleh pihak rezim Zionis Israel sebagai markas Hamas. Lebih dari 300 bocah, wanita dan orang tua meninggal jadi korban. Ribuan lainnya luka berat dan ringan.
Dunia Internasional seolah tersentak dan mengeluarkan berbagai statemen mulai yang pro maupun kontra. Para pemimipin negara–negara Arab tidak bisa berbuat banyak karena sudah terlalu banyak menikmati berbagai fasilitas yang diberikan negara barat (Amerika).
Sejarah kembali berulang dengan lakon yang berbeda. Posisi Indonesia sudah bukan negara yang dijajah seperti dahulu. Peranan Indonesia sebagai negara muslim terbesar sangat diharapkan oleh negara Palestina. Demonstrasi besar–besaran menunjukkan rasa solidaritas terhadap rakyat Palestina telah dilakukan di seluruh pelosok kota Indonesia.
Inisiatif diplomasi yang dipimpin oleh Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, bersama delegasi ulama dunia berusaha mendesak para pemimipin Arab untuk mau berperan lebih kongkrit dalam menyelesaikan permasalahan Palestina. Pengiriman tenaga medis pun dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Peranan ini dirasa masih belum maksimal mengingat posisi Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Seharusnya Indonesia bisa mengambil inisiatif peran yang lebih banyak dan mendesak kepada anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk bisa menurunkan pasukan penjaga perdamaian ke daerahGaza dan memaksa Israel untuk menghentikan serangannya.
Perdebatan bahwa masalah Palestina bukan persoalan agama atau bukan harus segera dihentikan. Jangan kita menjadi ahistoris terhadap apa–apa yang pernah kita alami dahulu ketika awal kemerdekaan. Sesungguhnya ada sebuah cita–cita rakyat Palestina yang harus kita dukung yaitu sebuah kemerdekaan.
Keinginan untuk merdeka sudah menjadi sebuah keinginan luhur bangsa Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan” .

Reza Firsandaya Malik
eramuslim.com

Minggu, 18 Oktober 2009

HAMAS di balik Layar!!

HAMAS adalah gerakan perjuangan islam rakyat Palestina. gerakan ini memperjuangkan kemerdekaan dan hak hidup rakyat Palestina.
HAMAS merupakan singkatan dari Harakat Al-Muqowwama Al-Islamiyah. arti kata Hamas sendiri adalah Semangat.
Hamas berdiri pada tahun 1987 Masehi oleh Syeikh Ahmad Yasin (seorang guru kelahiran 1 Januari 1929), Abdul Aziz Al-Rantisi dan Mohammad Toha. Hamas merupakan kepanjangan tangan dari Ikhwanul Muslimin (Moslem Brotherhood) yang berada di Mesir.

Tujuan pendirian Hamas dicantumkan di aktanya: "mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi Palestina". Dengan kata lain: melenyapkan penjajah,zionis Israel dari Palestina dan menggantinya dengan negara Islam.


di kalangan dunia, Hamas memang lebih dikenal sebagai pasukan militer. dengan bigade terkuatnya 'Izzudin Al-Qossam', Hamas memang serius dalam bidang militer sebagaimana seharusnya sikap suatu bangsa yang ditindas. yang berbeda dari pasukan militer yang lain adalah, penyeleksian barisan terdepan Hamas tidaklah diambil dari sudut pandang fisiknya saja. tapi justru ditekankan kepada setebal apa keimanan sang prajurit. Hafidhz kah? pernahkah ia bolos sholat malam? dalam berapa hari ia khatam Qur'an? pertanyaan2 sperti itulah yg mnjadi pedoman seleksi prajurit Hamas. bukan main-main!!!

Cerita dahsyat dari Palestina:

akhir tahun lalu dunia diperlihatkan pada kecongkakan Yahudi. pembantaian berlangsung 3 pekan. Tak kurang dari 1300 jiwa syahid saat itu. yang membuat kagum adalah dalam masa yang sama saat itu, di palestina dilahirkan sekitar 5000 bayi. bayangkan, LEBIH DARI 3 KALI LIPAT!!!
Dalam perang tersebut Israel banyak memburu anak-anak Palestina. Tahu kenapa?
karena beberapa pekan sebelumnya telah diadakan wisuda bagi anak-anak yang hafidhz,yang sebagian besar masih balita. Subhanallah... merekalah calon mujahid palestina.

tak sekedar berperang saja, ternyata Hamas juga membuat tim nasyid. meski dengan keterbatasan,dibentuklah tim nasyid yang bermarkas di kota Gaza.
namanya juga bentukan Hamas,lagu-lagu yang dihasilkan sangat islami dan militeristik.

tak hanya itu, pemerintahan hamas sendiri baru-baru ini telah merilis sebuah film perjuangan.
Film perdana yang diputar adalah sebuah film yang di dedikasikan terhadap para pimpinan pejuang Hamas yang telah syahid, dengan berbiaya sekitar 200.000 dolar film ini dibuat dan pada pertujukan perdana film ini, para penonton yang kebanyakan pria berjanggut lebat serta para perempuan berjilbab lebar dipisah posisi tempat duduknya.

"Ini Hamaswood bukan Hollwood," kata Fathi Hamad - menteri dalam negeri Hamas - setelah menyaksikan pemutaran perdana film tersebut pada Jumat sore lalu di Universitas Gaza. "Kami mencoba membuat seni yang berkualitas yang Islami dan mengenai perjuangan, tanpa provokasi adegan seksual."

Hamad merangkap sebagai produser dan skenario dibuat oleh Mahmud Zahar - salah seorang arsitek pengambil alihan jalur Gaza oleh Hamas dua tahun yang lalu.

Walaupun secara reputasi zahar seseorang yang 'keras', dirinya juga seorang dokter dan memiliki jiwa seni yang tinggi, terbukti ia telah membuat tiga novel dan dua skenario film.

Film perdana yang diputar di Gaza menceritakan tentang Imaq Aqil, salah seorang komandan sayap militer Hamas - Brigade Al-Qassam yang telah syahid (insyaAllah) dalam sebuah serangan udara pesawat militer Zionis Israel di Gaza pada tahun 1993.

Aqil yang pada saat itu baru berumur 23 tahun, lebih dikenal sebagai "hantu" atas kepintarannya dalam menyamar. Pada awal tahun 90 an dirinya menjadi orang yang paling dicari oleh Zionis Israel atas keterlibatannya dalam sebuah pembunuhan 11 tentara Israel.

Dalam film yang berdurasi 2 jam yang berjudul "Imad Aqil" ini penuh dengan adegan aksi layaknya film-film buatan Hollywood. Pahlawan ini dengan gayanya keluar dari jendela mobil langsung menembaki tentara-tentara Israel, setiap ada tembakan yang diarahkan ke pasukan Israel para penonton berteriak takbir dan memberikan aplus. Tidak ada percintaan dalam film ini, dan seluruh pemain wanitanya mengenakan jilbab yang tertutup rapi.

Para pemain lain ada yang berperan sebagai prajurit Israel, PM Yitzhak Rabin dan pimpinan angkatan bersenjatanya Ehud Barak, berbicara dengan bahasa Ibrani dengan terjemahan teks Arab untuk memberikan kemudahan bagi penonton mengerti arti percakapan yang mereka lakukan.

Sebagai film buatan Hamas tentunya yang menjadi jagoan adalah Hamas dan yang menjadi pecundang adalah Israel. Dalam film ini juga digambarkan bagaimana stressnya para petinggi Israel yang tidak dapat menghentikan aksi-aksi dari serangan sayap militer Hamas.

sungguh luar biasa.
tak seharusnya kita di sini hanya berdiam diri...

seorang ustadz petinggi Hamas mengatakan: Wahai rakyat Indonesia, kami tidak perlu bantuan kalian. kalianlah yang memerlukan bantuan. kami takut, kavling di syurga hanya diisi oleh rakyat Palestina saja,di mana bangsa Indonesia???!!!

semoga bisa menjadikan renungan...